Rabu, 23 Mei 2012

Teknik Pengolahan Data dalam Kuesioner


Kuesioner
Salah satu instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah kuesioner, atau disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Kuesioner ini biasanya berkaitan erat dengan masalah penelitian, atau juga hipotesis penelitian yang dirumuskan. Disebut juga dengan istilah pedoman wawancara (interview schedule), namun kita akan menggunakan istilah generiknya yaitu kuesioner. Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk menjawab. Sebelumnya harus dipastikan kebenaran atas responden yang diteliti berdasarkan kriteria respondennya. Tujuan kuesioner adalah untuk memberikan tinjauan tentang ekspresi metafora dalam berbagai macam bahasa di dunia.
Sebelum mebuat kuesioner, ada baiknya peneliti mengantisipasi kemungkinan adanya kesalahan yang sering terjadi berkaitan dengan pelaksanaan pengumpulan data dari responden. Beberapa permasalahan yang mungkin dan bahkan sering terjadi dan bagaimana cara memperbaikinya adalah sebagaimana disarankan oleh Bailey (1987), sebagai berikut:
 (a) Responden sering menganggap wawancara tidak masuk akal dan bahkan sering menganggapnya sebagai dalih (subterfuge) untuk tujuan-tujuan tertentu misalnya komersial. Alternatif pemecahannya antara lain adalah menyampaikannya dalam pengantar bahwa penelitian yang akan dilakukan benar-benar untuk tujuan nonkomersial. Tentu saja dengan kata-kata yang baik dan sopan.
(b) Responden merasa terganggu dengan adanya informasi yang dirasa menyerang dirinya atau kepentingannya, misalnya takut dirilis di media massa. Pemecahannya adalah menghindari pertanyaan yang sensitif, serta diyakinkan bahwa tidak akan ada nama responden di dalamnya.
(c) Responden menolak bekerja sama atas dasar pengalaman masa lalu. Upayakan untuk meyakinkan responden bahwa ini beda, beri pengertian bahwa responden dalam hal ini turut berjasa dalam membantu penelitian ini.
(d) Responden yang tergolong dirinya kelompok minoritas sehingga merasa lelah karena sering dijadikan kelinci percobaan (guinea pig). Ini jarang terjadi di negeri kita. Namun jika hal seperti ini terjadi, peneliti bisa menggunakan instrumen lain., atau bahkan mencari sumber data yang lain.
(e) Responden orang ‘penting’ dan sering merasa tahu akan apa yang akan ditelitinya. Cara pemecahannya adalah dengan metode menyanjung orang penting tadi, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya dialah orang satu-satunya yang bisa memberikan informasi tentang masalah ini.
(f) Responden menjawab dengan pertimbangan normatif, berpikir baik atau jelek. Katakan kepadanya bahwa penelitian ini semata-mata untuk pengembangan ilmu, dan bukan untuk kepentingan lain. Selain itu nama responden juta tidak perlu dicantumkan.
(g) Responden merasa takut akan ‘kebodohannya’ dalam menjawab pertanyaan ini. Katakan kepadanya bahwa jawaban apapun dari responden itu penting, dan tidak ada yang salah dalam menjawab.
(h) Responden mengatakan tidak ada waktu untuk menjawabnya, atau merasa itu bukan bidang minatnya. Pemecahannya adalah mengatakan bahwa dialah satu-satunya orang yang bisa memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
Dua macam responden           
  1. Kuesioner yang disebut formulir, yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang variabel yang langsung bisa diidentifikasi. Misalnya : Jenis kelamin, usia, pendidikan dll.
  2. Kuesioner yang disebut yaitu kuesioner yang berisi pertanyaannya untuk mendapatkan informasi tentang variabel yang tidak langsung menjelaskan. Misal variabel Kualitas Pelayanan. Variabel ini tidak dapat langsung diketahui hanya dengan satu pertanyaan tetapi dapat diketahui dengan beberapa pertanyaan berdasarkan indikatornya, contohnya ditanyakan tentang tangibles, reability, responsiveness, assurance dan empathy.
Semua metode mensyaratkan pencatatan yang detail, lengkap, teliti dan jelas
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi dengan:
• Nama pengumpul data
• Tanggal dan waktu pengumpulan data
• Lokasi pengumpulan data
• Keterangan-keterangan tambahan data/istilah/responden
Responden: orang yang menjadi sumber data
Semua butir (item) yang ditanyakan dalam semua metode pengumpulan data haruslah sejalan dengan rumusan masalah dan/atau hipotesis penelitian.
Karenanya diperlukan proses Dekomposisi variabel penelitian menjadi sub-variabel, dimensi dan butir penelitian merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati.
Proses dekomposisi ini juga memudahkan proses pengukuran dan pengumpulan data.
Proses dekomposisi ini dikenal sebagai proses operasionalisasi variabel penelitian.
Jenis Pertanyaan dalam Kuesioner
Ada dua jenis pertanyaan dalam kuesioner, yakni pertanyaan terbuka, terbuka, dan gabungan tertutup dan terbuka.
(a) Pertanyaan dengan jawaban terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan penuh kepada responden untuk menjawabnya. Di sini peneliti tidak memberikan satupun alternatif jawaban.
Contoh Pertanyaan Terbuka :
Sebutkan lima sifat pemimpin yang Anda sukai:
1. ……………………………
2. ……………………………
3. ……………………………
4. ……………………………
5. ……………………………
Bagaimana pendapat Anda tentang kepemimpinan supervisor Anda?
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan terbuka akan sangat bervariasi.
Pengelompokkan jawaban-jawaban serupa akan menjadi suatu pekerjaan yang tidak mudah
Kuesioner dengan jawaban terbuka:
      Keuntungannya antara lain adalah :
(1) dapat digunakan manakala semua alternatif jawaban tidak diketahui oleh peneliti, atau manakala peneliti ingin melihat bagaimana dan mengapa jawaban responden serta alasan-alasannya. Hal ini sangat baik untuk menambah pengetahuan peneliti akan masalah yang diutarakannya;
(2) membolehkan responden untuk menjawab sedetil atau serinci mungkin atas apa yang ditanyakan peneliti. Dalam hal ini pendapat responden dapat diketahui dengan baik oleh peneliti.
 (b). Pertanyaan dengan jawaban tertutup adalah sebaliknya, yaitu semua alternatif jawaban responden sudah disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggapnya sesuai.
Pertanyaan Tertutup: responden tinggal memilih jawaban di antara pilihan yang sudah disediakan
Misal:
Atasan Anda mendelegasikan tugas dengan jelas:
1. Sangat Setuju Sekali
2. Sangat Setuju
3. Setuju
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Kadangkala pertanyaan disajikan secara terbuka sekaligus tertutup
Misal:
Pekerjaan Anda:
1. Pegawai Negeri Sipil
2. TNI
3. Professional:
a. Dokter
b. Guru
c. Pengacara
d. lainnya (Sebutkan): ______________________
4. Pengusaha
5. Lainnya (Sebutkan): ___________________________
Pertanyaan-pertanyaan tertutup dapat dengan mudah dikodekan dan diolah untuk tahap penelitian selanjutnya.
Bentuk Pertanyaan:
a. Pernyataan Positif
b. Pernyataan Negatif
Pertanyaan dalam kuesioner ditulis dalam bentuk PERNYATAAN bukan pertanyaan
Pernyataan Positif : pernyataan yang jawabannya SESUAI dengan harapan peneliti
Pernyataan Negatif : pernyataan yang jawabannya TIDAK SESUAI dengan harapan peneliti
Misal: Jika ingin diketahui kinerja kasir sebuah toko swalayan.
       Pernyataan Positif (Contoh LSR)
Kasir di toko swalayan ini ramah:
1. Tidak Setuju 2. Setuju 3. Sangat Setuju
Pernyataan Negatif (Contoh LSR)
Kasir tidak sopan:
1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju

      Kuesioner dengan jawaban tertutup:
 Salah satu keuntungannya untuk kuesioner ini adalah sebagai berikut:
(1). jawaban-jawaban bersifat standar dan bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain;
(2) jawaban-jawabannya jauh lebih mudah dikoding dan dianalisis, bahkan sering secara langsung dapat dikoding dari pertanyaan yang ada, sehingga hal ini dapat menghemat tenaga dan waktu;
(3) responden lebih merasa yakin akan jawaban-jawabannya, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak yakin ;
(4) jawaban-jawaban relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti ; dan
(5) analisis dan formulasinya lebih mudah jika dibandingkan dengan model kuesioner dengan jawaban terbuka.

Meskipun demikian, ada juga kelemahannya, yakni:
(1) sangat mudah bagi responden untuk menebak setiap jawaban, meskipun sebetulnya mereka tidak memahami masalahnya;
(2) responden merasa frustrasi dengan sediaan jawaban yang tidak satu pun yang sesuai dengan keinginannya;
(3) sering terjadi jawaban-jawaban yang terlalu banyak sehingga membingungkan responden untuk memilihnya;
(4) tidak bisa mendeteksi adanya perbedaan pendapat antara responden dengan peneliti karena responden hanya disuruh memilih alternatif jawaban yang tersedia.
Pengkodean atau pembobotan nilai jawaban:              
Pada pernyataan Positif: nilai paling positif diberi bobot paling besar (karena paling positif berarti paling sesuai harapan).
Pada pernyataan Negatif: nilai paling negatif diberi bobot paling besar (karena paling negatif berarti paling sesuai harapan).
Idealnya dalam suatu kuesioner penelitian, komposisi bentuk pernyataan positif dan negatif berimbang, misalnya dari 30 pernyataan dirancang terdiri dari 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif.
Pernyataan positif dan negatif harus diletakkan secara bergantian
Dengan meletakkan pernyataan positif dan negatif bergantian, responden benar-benar membaca pernyataan-pernyataan dengan teliti dan menjawab dengan benar
Teknik Pengukuran (Teknik Penskalaan)
Dua teknik pengukuran dengan kuesioner yang paling populer adalah:
a. Likert’s Summated Rating (LSR)
b. Semantic Differential (SD)
Likert’s Summated Rating (LSR)
LSR adalah skala atau pengukuran sikap responden
Jawaban pernyataan dinyatakan dalam pilihan yang mengakomodasi jawaban antara Sangat Setuju Sekali sampai Sangat Tidak Setuju
Banyak pilihan biasanya 3, 5, 7, 9 dan 11
Dalam prakteknya yang paling sering digunakan adalah 5
Terlalu sedikit pilihan jawaban menyebabkan pengukuran menjadi sanagt kasar
Terlalu banyak pilihan jawaban menyebabkan responden sulit membedakan pilihan
Banyak pilihan ganjil juga menimbulkan masalah, responden yang malas/enggan akan menjawab pilihan yang di tengah ( = jawaban netral)
Semantic Differential (SD)
Responden menyatakan pilihan di antara dua kutub kata sifat atau frasa
Dapat dibentuk dalam suatu garis nilai yang kontinyu, dan dapat diukur dalam satuan jarak atau dalam bentuk pilihan seperti LSR
(c). Kuesioner dengan jawaban tertutup dan terbuka (gabungan): Untuk menjembatani kekurangan-kekurangan seperti tadi, maka sering digunakan pertanyaan model gabungan antara keduanya. Dengan model tertutup dan tebuka, semua kekurangan seperti tadi bisa diatasi. Misalnya dalam satu pertanyaan, disamping disediakan alternatif jawaban oleh peneliti, juga perlu disediakan alternatif terbuka (c. …………… ) untuk diisi sendiri oleh responden sesuai dengan pendapatnya secara bebas. Dalam mengolah data untuk model terakhir ini, bisa dilakukan pengelompokan ulang atas semua jawaban responden pada alternatif terbuka tadi. Atau bisa juga peneliti melihat ulang apakah jawaban responden yang terakhir itu sebenarnya sudah termasuk ke dalam salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Dan jika ternyata jawabannya sama dengan salah satu alternatif jawaban yang tersedia namun dalam bahasa yang berbeda, peneliti bisa menganggapnya sebagai jawaban seperti pada alternatif yang tersedia tadi. Contoh sebuah pertanyaan sederhana dengan alternatif jawabannya: Tujuan Anda berkunjung ke perpustakaan adalah:
(1) mengerjakan tugas-tugas akademik;
(2) mencari informasi akademik untuk kepentingan tugas dari dosen;
(3) menambah wawasan;
(4) ………… menambah pengetahuan. (Responden menjawab dengan tulisan sendiri pada alternatif yang terbuka ini). Kita bisa melihat bahwa sebenarnya jawaban responden tersebut sama atau hampir sama dengan alternatif nomor (3) menambah wawasan.
Editing data (Mengedit Data)
Editing data: Mengganti nilai data yang ditampilkan tidak benar.
Definisi:
Mengedit data adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan (inkonsistensi logis) dalam data.
Konteks:
Mengedit teknik mengacu pada berbagai prosedur dan proses yang digunakan untuk mendeteksi dan menangani kesalahan dalam data. Contoh teknik yang berbeda termasuk pendekatan yang berbeda untuk mengedit seperti mikro-editing / makro-editing, input / output mengedit, atau ke berbagai alat yang tersedia untuk mengedit seperti mengedit grafis, editing interaktif, dll. Jenis sunting mengacu pada sifat sebenarnya suntingan diterapkan pada data selama pemrosesan input atau output.
Ini termasuk:
Validasi suntingan - untuk memeriksa validitas identifikasi dasar item klasifikasi dalam data unit;
Logis suntingan - memastikan bahwa dua atau lebih item data tidak memiliki nilai-nilai yang bertentangan;
Konsistensi suntingan - memeriksa untuk memastikan bahwa hubungan aritmatika tepat dan benar ada antara dua atau lebih item data;
Kisaran suntingan - mengidentifikasi apakah suatu nilai item data jatuh di dalam rentang yang dapat diterima ditentukan;
Varians suntingan - melibatkan mencari varians tinggi curiga pada tingkat keluaran edit.
Mengedit jenis juga dapat mengacu kepada apakah pengeditan ini adalah jenis yang fatal atau query, yaitu apakah mereka mendeteksi kesalahan dengan kepastian atau titik ke item data yang mencurigakan.
Mikro dan makro-editing-editing dapat dibedakan untuk menghitung tingkat suntingan.
Mengedit data adalah salah satu metode asli mengendalikan kebisingan di data seismik.
Pengertian dari editing data adalah proses meneliti hasil survai untuk meneliti apakah ada response yang tidak lengkap, tidak komplet atau membingungkan, dan apabila ada kasus seperti ini ada beberapa cara untuk mengatasinya misalnya:
Dengan cara mengembalikan ke survayor, apabila survai lagi tidak mungkin dilakukan maka response yang tidak lengkap dapat diganti dengan missing value atau ditulis tidak menjawab,
Menyingkirkan hasil survay dengan jawaban yang tidak lengkap (apabila jumlahnya kecil dan sampel yang diambil besar).
Dilakukan dengan cara meneliti kembali data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul sudah cukup baik. Pemeriksaan data atau editing dilakukan terhadap jawaban yang telah ada dalam kuesioner dengan memperhatikan hal-hal meliputi: kelengkapan pengisian jawaban, kejelasan tulisan, kejelasan makna jawaban, serta kesesuaian antar jawaban. (Suplemen MPS1 Kuantitatif)
Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data. Dengan adanya klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut tidak mengganggu proses analisa sehingga dapat menimbulkan bias penafsiran hasil analisa. Keterbacaan berkaitan dengan apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi penafsiran terhadap hasil analisa. Konsistensi mencakup keajegan jenis data berkaitan dengan skala pengukuran yang akan digunakan. Kelengkapan mengacu pada terkumpulannya data secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan dalam penelitian tersebut.
Mengedit data dapat dilakukan secara manual dan komputer.
1). Mengedit data secara manual
            Mengedit data dengan manual dapat dilakukan dengan membuat tabel frekuensi semua variabel dan membuat tabel-tabel silang.
a.      Mengedit dengan tabel frekuensi
Tabel frekuensi disusun khusus untuk mengecek konsistensi variabel yang satu dengan yang lain, terutama untuk pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan. Dari tabel frekuensi dapat dicek apakah jumlah responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan pertama sama dengan jumlah responden yang disodori pertanyaan berikutnya. Kegunaan lainnya adalah untuk memeriksa apakah penggunaan kode sudah sesuai dengan yang ada dalam buku kode.
b.      Mengedit dengan tabel silang
Tabel silang dapat digunakan untuk mengoreksi hubungan yang tidak masuk akal. Tabel ini dapat dibuat untuk hubungan antarvariabel-terpengaruh, antarvariabel-pengaruh atau antara variabel pengaruh dan terpengaruh. Tabel-tabel yang akan diedit disusun berdasarkan variabel yang mempunyai hubungan tertentu satu sama lain.
2).  Mengedit data dengan komputer
            Komputer akan memproses data apapun bentuknya tanpa mempertimbangkan konsistensi antara data yang terekam dengan buku kode atau alat analisa.
a.      Mencek ketetapan kolom
Peneliti yang merekam data penelitiannya melalui paket program WordStar dapat langsung mencek berkas datanya dengan cara melihat apakah ada rekaman data yang melebihi batas maksimum kolom. Cara sederhana ini tentu saja belum menjamin bahwa rekaman telah sesuai dengan maksimum kolom yang ada di dalam buku kode.
b.      Mencek konsistensi dan hubungan antarvariabel
Konsistensi antara variabel yang satu dengan yang lainnya dapat dicek dengan menggunakan tabel frekuensi. Tabel-tabel tersebut dibandingkan dengan buku kode atau dibandingkan antara variabel yang satu dengan yang lainnya untuk melihat konsistensi jawaban seperti pengeditan data secara manual.

Koding (Pemberian Kode)
 Koding merupakan usaha memberikan identitas atau pengelompokkan pengklasifikasikan data dari respon-respon hasil penelitian ke dalam kelas-kelas tertentu. Setiap jenis data masuk dalam suatu kelas tertentu, diberi no-mor kode. Setiap data hanya masuk dalam satu kelas dan satu kode. Hal iniakan memudahkan data untuk diproses lebih lanjut terutama bila mengguna-kan komputer. Keuntungan lain dari pemberian kode ini adalah menghematmemori komputer dan mempercepat proses analisis.

a. Koding terhadap Jawaban Pertanyaan Terbuka
Coding atau mengkode terhadap kuesioner yang pertanyaannya terbukasering disebut
qualitative coding.
Pertanyaan terbuka menghasilkan jawabanyang sangat bervariasi, karena memang tidak ditentukan berbagai alternatif  jawaban oleh pembuat pertanyaan. Responden mempunyai kebebasan dalammengemukakan jawabannya, paling dibatasi oleh ruang atau
Space jawaban.
Contoh:
Pertanyaan: Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang keefektifan penilaianportofolio?
Hal yang harus dilakukan untuk mengkode pertanyaan terbuka adalah :
1) Membuat kategori, kategori diperoleh dengan membaca terlebih dahulusetiap jawaban dari butir yang sama. Dari jawaban itu diketahui variasi jawaban. Kemudian variasi jawaban dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.
Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kategori adalah:
(1) kategori harus tegas, jangan tumpang tindih antara jawaban kategoriyang satu dengan yang lainnya;
(2)  kata ”lain-lain”, ”dan sebagainya”, ”dan seterusnya” harus dihindarkan, atau jumlahnya relatif kecil.

Setiap kategori diberi kode yang berbeda misalnya untuk jawaban keefek-tifan portofolio ada 3 kategori yaitu;
1. efektif, karena dapat menilai ke-mampuan individu siswa;
2. kurang efektif, karena kemandirian siswa belum ada;
3. tidak efektif, karena sama sekali tidak ada kemendirian siswa.
Membuat kode pada jawaban terbuka lebih lama bila dibandingkan dengan pertanyaan yang tertutup, karena variasinya mungkin akan sangat banyak sesuai dengan banyaknya responden yang diambil.

b. Koding terhadap Jawaban Pertanyaan Tertutup
Koding data terhadap jawaban tertutup lebih mudah dibanding pengko-dean pada jawaban terbuka. Pengkodean dapat dilakukan dengan cara mem-beri nomor kode pada sejumlah option/pilihan jawaban yang telah ditentukan pada setiap butir pertanyaan. Pengkodean akan lebih mudah lagi apabila sejak awal ketika menyusun kuesioner setiap butir pertanyaan dan jawaban yangtersedia telah diberi nomor kode. Kegiatan untuk merancang pengkodean pada saat penyusunan kuesioner ini dikenal dengan istilah Precoding .
c. Koding terhadap Pertanyaan Semi Terbuka
Pertanyaan semi terbuka merupakan kombinasi dari tertutup dan terbu-ka, jawaban dari setiap butir sudah ditentukan alternatif jawabannya, selainitu responden diberi kesempatan untuk memberi jawaban lain di luar alterna-tif jawaban yang telah ditentukan. Umumnya jawaban yang sudah ditentukanhasil kajian yang mendalam sehingga menjadi alternatif yang paling banyak kemungkinannya untuk dipilih. Jawaban-jawaban yang sifatnya terbuka merupakan pengecualian atau hal-hal yang diluar dugaan atau tidak dipredikasi sebelumnya atau adanya peristiwa khusus. Untuk itu setiap jawaban diberikode baru sesuai dengan variasi jawaban.Misalnya: Pengetahuan tentang CTLa.

 Cleaning Data (Pembersihan data)
Cleaning data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi dan treatmen yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi pemerikasaan akan data yang out of range, tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrim, data dengan nilai-nilai tidak terdefinisi, sedangkan treatmen yang hilang adalah  nilai dari suatu variabel yang tidak diketahui dikarenakan jawaban responden yang membingungkan. Untuk mengatasi treatmen yang hilang dapat dilakukan beberapa cara untuk mengatasinya adalah:
-          Substitusi dengan nilai yang netral
-          Jawaban substitusi yang dimasukkan berdasarkan pola  jawaban responden pada pertanyaan-pertanyaan lain
-          Menghilangkan beberapa kasus, responden yang banyak tidak memberikan response di buang dari analisis (bila hanya sedikit/bila jumlahnya banyak dapat dikelompokkan sendiri)
-          Penghapusan sebagian; untuk responden yang mempunyai nilai-nilai missing tidak langsung dibuang tetapi diambil sebagian dan dianalisis untuk bagian yang lengkap nilainya, hasil analisis didasarkan ukuran sampel berbeda bila  ukuran sampel besar, ada sedikit saja yang missing, variabel-variabelnya tidak terlalu berhubungan

Recording Data (Pencatatan Data)
Menurut saya, recording data yaitu proses pengolahan data yang merekam atau mencatat data ke dalam suatu draft atau aplikasi komputer guna memudahkan dalam mengolah data. Maka perlu adanya recording data, yang merupakan bagian dari sesudah tahap coding data (Pengkodean Data),

Referensi :
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. METODE PENELITIAN SURVAI. Jakarta : LP3ES
http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1702


Rabu, 16 Mei 2012

Perkotaan


Pengertian Kota
Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki beberapa fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.
Dizaman muthakhir ini kita dapat dengan mudah mengamati dan menggambarkan apakah “kota” itu, sesuai dengan tolak ukur atau fokus perhatian kita masing-masing. Oleh karena itu terdapat banyak definisi tentang kota.
Berikut pendapat para ahli tentang pengertian kota:
1. Menurut pendapat Mumford : Kota sebagai tempat pertemuan yang berorientasi ke luar. Sebelum kota menjadi tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya kota sebagai suatu tempat orang pulang dari tempat mereka bekerja untuk berjumpa keluarga mereka secara teratur, jadi ada semacam daya tarik pada penghuni luar kota untuk kegiatan rohaniah dan perdagangan serta,kegiatan lain.
2. Menurut pendapat Max Weber: Penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannya melalui pasar setempat dan ciri-ciri kota adalah terdapat fasilitas yang dapat mendukung kegiatan msyarakat kota seperti tersedianya pasar swalayan.
3. Menurut pendapat Sjoberg : : Melihat kota dari timbulnya suatu golongan spesialis non agraris dan yang berpendidikan merupakan bagian terpenting
4. Menurut pendapat Prof. Bintarto (1984 : 36) Kota adalah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai oleh strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak matrialistis. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 4/1980 Kota adalah wadah yang memiliki batasan administratif wilayah seperti kotamadya dan kota administrasi.

Karakteristik Kota
1. Dari aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit (tinggi) dan serba kokoh. Tetapi pada prakteknya kriteria itu sukar dipakai pengukuran, karena banyak kita temukan dibagian-bagian kota tampak seperti desa misalnya, didaerah pinggiran kota, sebaliknya juga desa-desa yang mirip kota, seperti desa-desa di pegunungan dinegara-negara laut tengah.
2. Dari aspek penduduk. Secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang tepat untuk menyebut kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari kelemahan –kelemahan. Kriteria jumlah penduduk ini dapat secara mutlak atau dalam arti relatif yakni kepadatan penduduk dalam suatu wilayah. Sebagai contoh misalnya dia AS dan Meksiko suatu tempet dikatakan kota apabila dihuni lebih dari 2500 jiwa dan Swedia 200jiwa.
3. Dari aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social interrelation dan social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat kosmopolitan. Hubungan sosial yang bersifat impersonal, sepintas lalu (super-ficial), berkotak-kotak, bersifat sering terjadi hubungan karena kepentingan dan lain-lain, orang ini bebas untuk memilih hubungan sendiri.
4. Dari aspek ekonomi, gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan dari bidang pertanian atau agraria sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi dari bidang-bidang lain dari segi produksi atau jasa. Kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan industri, dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota ialah adanya pasar, pedagang dan pusat perdagangan.
5. Dari aspek hukum, pengertian kota yang dikaitkan dengan adanya hak-hak dan kewajiban hukum bagi penghuni, atau warga kota serta sistem hukum tersendiri yang dianut untuk menunjukkan suatu wilayahtertentu yang secara hukum disebut kota.

Karakteristik kota dapat di tinjau dari 3 aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial, dan aspek ekonomi.  Karakteristik kota sebagai sebuah konsep yang berkaitan dengan ruang sebagai tempat manusia beraktivitas.

§  Aspek fisik adalah sebuah kawasan terbangun yang terletak saling berdekatan dan meluas dari pusat hingga ke wilayah pinggiran yang bias dikatakan wilayah geografisnya di dominasi oleh struktur binaan.
§  Aspek sosial, kota merupakan konsentrasi penduduk yang dilihat dari segi mata pencaharian yang merupakan sebagian dari kependuduka dan dimana bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalu konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja.
§  Aspek ekonomi, yaitu dimana memliki fungsi sebagai penghasil barang dan jasa yang dimna berguna untuk mendukung kehidupan penduduk serta keberlangsungan kota itu sendiri.

Dalam konteks ruang, kota merupakan satu sistem yang tidak berdiri sendiri, secara internal kota merupakan satu kesatuan sistem kegiatan fungsional di dalamnya, sementara secara eksternal, kota di pengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Lalu unsur-unsur dalam perencanaan adalah berarti ; memilih, alat untuk mengalokasikan sumber daya, alat untuk mencapai tujuan, untuk masa yang akan datang. Sementara karakteristik dari perencanaan itu sendiri adalah ; mengarah sampai pencapaian tujuan, mengarah ke perubahan, pernyataan pilihan, rasionalitas dan tindakan kolektif sebagai dasar. Peerencanaan kota berorientasi pada aspek fisik dan spasial.

Ciri-ciri kota
Ciri fisik kota meliput hal sebagai berikut:
  • Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
  • Tersedianya tempat-tempat untuk parkir
  • Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga
Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:
  • Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
  • Adanya jarak social dan kurangnya toleransi social diantara warganya.
  • Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalahdengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
  • Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
  • Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.
  • Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan social disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
  • Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi.

Fungsi kota
Kota yang telah berkemang maju mempunyai peranan dan fungsi yang lebih luas lagi antara lain sebagai berikut :


Pentingnya Mempelajari Sosiologi Perkotaan
Sosiologi perkotaan mempelajari masyarakat perkotaan dan segala pola interaksi yang dilakukannya sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dipelajari antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan pola pikir dalam menyikapi suatu permasalahan.
Karena di daerah perkotaan lebih sering terjadi konflik di masyarakatnya. Hal tersebut terjadi karena adanya strarifikasi sosial dimasyarakat perkotaan. Stratifikasi tersebut biasanya berupa persaingan dibidang pendidikan, pekerjaan dan perekonomian. Karena dalam masyarakat kota stratifikasi sosial sangat terlihat.
Maka dari itu sosiologi perkotaan penting dipelajari, agar masyarakatnya memiliki kontrol sosial di diri mereka masing-masing.

Perbedaan Antara Kota dan Desa
Dari definisi yang telah diajukan baik definisi kota maupun desa kita dapat membuat perbedaan diantara keduanya. Dikutip dari apa yang dikemukakan oleh P.J.M. Nas, (1979 : 35) yang mengutip pendapat Costandse, sbb :
1.        Kota bersifat besar dan memberikan gambaran yang jelas sedangkan pedesaan itu kecil dan bercampur-baur, tanpa gambaran yang tegas.
2.     Kota mengenal pembagian kerja yang luas, desa (pedalaman) tidak.
3.     Struktur sosial dikota mengenal differensiasi yang luas sedangkan dipedesaan relatif sederhana.
4.    Individualitas memainkan peranan penting dalam kebudayaan kota, sedangkan di pedesaan hal ini kurang penting, di pedesaan orang menghayati hidupnya terutama dalam kompak primer.
5.    Kota mengarahkan gaya hidup pada kemajuan, sedangkan pedesaan lebih berorientasi pada tradisi, dan cenderung pada konservatisme.

Hubungan Antara Kota Dengan Desa
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur-mayur, daging dan ikan.Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja musiman. Pada saat musim tanam, mereka sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan di bidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.

Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-obatan untuk memelihara kesehatan dan alat transportasi. Kota juga menyediakan tenaga-tenaga yang melayani bidang¬bidang jasa yang dibutuhkan oleh orang desa tetapi tidak dapat dilakukannya sendiri, misalnya saja tenaga-tenaga di bidang medis atau kesehatan, montir¬montir, elektronika dan alat transportasi serta tenaga yang mampu memberikan bimbingan dalam upaya peningkatan hasil budi daya pertanian, peternakan ataupun perikanan darat.

Dalam kenyataannya hal ideal tersebut kadang-kadang tidak terwujud karena adanya beberapa pembatas. Jumlah penduduk semakin meningkat, tidak terkecuali di pedesaan. Padahal, luas lahan pertanian sulit bertambah, terutama di daerah yang sudah lama berkembang seperti pulau Jawa. Peningkatan hasil pertanian hanya dapat diusahakan melalui intensifikasi budi daya di bidang ini. Akan tetapi, pertambahan hasil pangan yang diperoleh melalui upaya intensifikasi ini, tidak sebanding dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga pada suatu saat hasil pertanian suatu daerah pedesaan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduknya saja, tidak kelebihan yang dapat dijual lagi. Dalam keadaan semacam ini, kotaterpaksa memenuhi kebutuhan pangannya dari daerah lain, bahkan kadang-kadang terpaksa mengimpor dari luar negeri. Peningkatan jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja ini pada akhirnya berakibat bahwa di pedesaan terdapat banyak orang yang tidak mempunyai mata pencaharian tetap. Mereka ini merupakan kelompok pengangguran, baik sebagai pengangguran penuh maupun setengah pengangguran.

Pengaruh kota terhadap desa:
1)      kota menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan desa
2)      menyediakan tenaga kerja bidang jasa
3)      memproduksi hasil pertanian desa
4)      penyedia fasilitas-fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan, rekreasi
5)      andil dalam terkikisnya budaya desa

Permasalahan di kota antara lain:
1.       konflik (pertengkaran)
2.       kontroversi (pertentangan)
3.       kompetisi (persaingan)
4.       kegiatan pada masyarakat pedesaan
5.       sistem nilai budaya


Daftar Pustaka

http://karakteristik dan Sejarah Pembentukan Kota _ Ichwan Muis.html
http://ifatrah.blogspot.com/2011/04/demografi-dan-karakteristik-kota.html